Catatan Harian
Lawatan ke LP Kendal
Latepost...
Maaf baru bisa on buat cerita tentang kepergianku ke LP Kendal pada tanggal 31 Agustus 2017 lalu. Ini merupakan kali pertama diriku mengunjungi LP atau sel tahanan. Kali ini tujuan kami adalah menengok Kiai Aziz dan mbah Rusmin. Keduanya tersebut merupakan korban kriminalisasi oleh Perhutani pada kasus tanah di Surokonto Wetan.
Kami berempat (aku, mas gopang, masyas, dan mbak nabila) berangkat dari Ngaliyan sekitar pukul 09.30. 25 menit kemudian kami sampai di Lapas Kendal yang letaknya tidak jauh dari alun-alun Kota Kendal. Tanpa menunggu lama, segera setelah mas gopang mendaftarkan kunjungan, kami pun diizinkan masuk menemui keduanya.
Maaf baru bisa on buat cerita tentang kepergianku ke LP Kendal pada tanggal 31 Agustus 2017 lalu. Ini merupakan kali pertama diriku mengunjungi LP atau sel tahanan. Kali ini tujuan kami adalah menengok Kiai Aziz dan mbah Rusmin. Keduanya tersebut merupakan korban kriminalisasi oleh Perhutani pada kasus tanah di Surokonto Wetan.
Kami berempat (aku, mas gopang, masyas, dan mbak nabila) berangkat dari Ngaliyan sekitar pukul 09.30. 25 menit kemudian kami sampai di Lapas Kendal yang letaknya tidak jauh dari alun-alun Kota Kendal. Tanpa menunggu lama, segera setelah mas gopang mendaftarkan kunjungan, kami pun diizinkan masuk menemui keduanya.
Ternyata kami tidak sendiri. Disana juga hadir mbah saya lupa namanya, beliau istri dari mbah Rusmin yg datang ditemani menantunya. Beliau membawakan banyak sekali makanan, terutama hasil kebun seperti pisang dan ketela.
Jujur saja ini adalah pertama kali juga buatku bertemu dengan kiai Aziz. Meskipun aku pernah mengikuti aksi bersama warga Surokonto Wetan, namun tidak ada beliau disana. Tentu saja, orang aksinya adalah menuntut agar ketiga korban kriminalisasi dibebaskan. Jadi bisa dibilang
keterlibatanku dalam mengawal kasus ini cukup terlambat.
Dapat kugambarkan bagaimana keadaan kiai Aziz dan mbah Rusmin waktu kita menjenguk mereka. Murah senyum dan ramah, fisiknya terlihat sehat dan tidak kurus. Katanya memang disana mereka cukup terawat. Tapi bagaimanapun juga masih lebih baik dirumah sendiri daripada di tempat tersebut.
Kiai Aziz bercerita bahwa di sel tersebut mereka banyak diajarkan soal agama. Sehingga dapat mengurangi tekanan mental yang berat. Dan barangkali LP lain patut mencontoh hal tersebut. Para pegawainyapun ramah.
Saya cukup malu saat ditanya apa pernah ke Surokonto wetan? Karenanya memang belum pernah. Kendala satu satunya lantaran jaraknya yang sangat jauh. Dan teman-temanku hampir semuanya tidak mau kuajak kesana. Mas gopang bilang kapan kapan kita kesana sekalian menginap barang satu malam.
Perlu saya jelaskan juga bahwa ini adalah agenda bersama kawan kawan gusdurian Semarang untuk turut memberikan dukungan moral kepada para pejuang tanah Surokonto Wetan. Berikut saya cantumkan rilis dari Gusdurian Semarang :
Kiai Nur Azis dan Mbah Rusmin adalah dua petani penggarap di Surokonto Wetan. Mereka sudah tidak melakukan aktifitas pertanian sejak 5 bulan yang lalu senenjak dirumahkan di Lapas Pengadilan Negeri Kendal. Dua petani penggarap trsebut adalah korban sistem peradilan yang nir-kemanusiaan di Indonesia. Berawal dari sengketa tukar guling lahan PT. Semen Indonesia di Rembang, mereka harus terjerat masalah dengan Perhutani.
Ratusan warga Surokonto Wetan terus mengawal puluhan proses sidang pengadilan sampai detik ini demi mencari keadilan yang mereka yakini masih bisa ditemukan di negeri Pancasila ini. Tanpa lelah, mereka bergerak menuntut pembebasan Kiyai Nur Azis dan Mbah Rusmin yang kasusnya sekrang masuk tahap kasasi.
Sebagai komunitas pengagum Gus Dur, Gusdurian Semarang ingin menjadi salah satu bagian dari kelompok yang terus menyuarakan kemanusiaan. Maka Gusdurian Semarang berharap berbagai kelompok masyarakat terus mengupayakan usaha perjuangan ini sesuai bidang mereka masing-masing. Sebagai salah satu upaya penguatan dukungan tersebut maka kami menjenguk Kiyai Nur Azis dan Mbah Rusmin di Lapas Kendal pada Kamis, (31/08). Kami ingin mengabarkan bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan ini.
Inilah sedikit catatan yang bisa saya bagi dalam blogku kali ini. Akhirnya saya juga ingin menuliskan satu coretan kalau belum layak disebut sajak yang ku persembahan buat Kiai Aziz dan mbah Rusmin beserta saudara saudara seperjuangannya di tanah Surokonto Wetan, Kendal.
Geliat rasa mengiris nurani tak tertahan
Bahwa nasib mereka mesti tergadaikan
Satu satunya tempat bergantung demi melanjutkan kehidupan
Kini terenggut oleh kepentingan hutan
Katanya 'kami sudah kelola itu tahun tahunan
Singkong dan jagung kemana lagi kami tanam
Jika tanah Surokonto Wetan tak kami dapatkan
Bahkan kriminalisasi bukan sekedar ancaman
Karena kini kami dalam tahanan
Tertuduh salah gunakan lahan
Duhai Tuhan kami tempat curahan
Keluarga dan generasi selamat jadi pesan
Pemerintah dan pemodal mohon sadarkan'

0 Comments