Kepada Ibu Eisti dan Bapak Badruddin,

Rasanya kurang baik jika saya tidak menyapa Anda berdua dengan ucapan selamat atas terpilihnya sebagai Bupati dan Wakil Bupati Demak untuk Periode 2024-2029. Sebagai orang yang sudah satu periode menjabat sebagai Bupati Demak, tentu bukan hal sulit bagi Ibu Eisti untuk menjalankan kepemimpinan dalam lima tahun mendatang. Anda sendiri tentunya memiliki banyak hal yang harus dikerjakan, dilanjutkan, dan diperbaiki sesuai dengan program kerja yang telah Anda susun.

Sejujurnya, saya menulis surat ini tidak lain untuk kembali mengingatkan Ibu tentang pesan yang saya sampaikan lima tahun lalu. Mengapa saya perlu menulis surat lagi? Sebab selama lima tahun Anda menjabat, saya tidak melihat perubahan yang baik pada sungai yang mengalir di sepanjang Kota Demak. Sungai kita justru terlihat makin menyedihkan dan memprihatinkan.

Ibu Eisti tentunya masih ingat dengan banjir besar yang melanda Demak pada akhir 2023 dan awal 2024. Kerugian akibat bencana itu ditaksir lebih dari Rp117 miliar. Namun yang paling menderita akibat banjir itu tentunya masyarakat Demak yang harus mengungsi, kehilangan harta benda, dan hasil panen yang mustinya dapat diandalkan untuk menghidupi keluarga. Banjir ini disebut banjir terparah Demak selama 30 tahun terakhir. Penyebabnya beragam, selain faktor cuaca ekstrem, adalah jebolnya tanggul, sedimentasisungai, dan alih fungsi lahan.

Pembaca yang mengenal Kota Demak, atau setidaknya pernah melewati jalanan pantura yang memanjang dari Sayung hingga perbatasan Demak-Kudus tentu sempat menyaksikan bagaimana kondisi sungai di Demak. Di surat yang saya tulis pada 2021, saya bercerita dengan sedikit bersyukur bahwa sungai di daerah saya, Kecamatan Karangtengah khususnya Desa Karangtowo, masih sedikit lebih baik daripada yang ada di Sayung karena air masih mau mengalir. Naasnya, kondisi itu kini telah berubah jauh lebih buruk. Sedimentasi sangat tinggi hingga pada musim kemarau tumbuh rerumputan tinggi di beberapa titik sungai. Bahkan di musim penghujan, gundukan tanah dan rumput itu masih ada. Ketinggian sungai menjadi sangat dangkal hingga tak layak lagi disebut sungai. Hancur hati rasanya melihat kondisi sungai yang demikian menyedihkan.

Sayangnya, melihat kondisi sungai yang mengalami sedimentasi parah, bukannya mengeruk sedimentasi di sungai, Ibu Eisti justru membuka peluang bisnis pengerukan pasir laut di pesisir Sayung guna mengambil untung berkat kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 202. Saya sungguh tidak habis pikir, pesisir Demak yang setiap hari dilanda banjir rob dan nyaris tenggelam bahkan hilang justru hendak dihabisi dengan tambang pasir laut. Penolakan dari masyarakat yang khawatir akan dampak tambang pasir ini juga Ibu abaikan. Lantas, untuk kepentingan siapa sebenarnya tambang pasir laut ini?

Sedimentasi barulah satu masalah. Masalah lain, yang klasik namun sering kali diabaikan, yaitu sampah yang memenuhi tiap sudut sungai. Dalam sebuah pidato Ibu menyampaikan pengelolaan sampah merupakan hal yang penting untuk menjaga Demak agar menjadi kota yang bersih. Namun, mengapa saya merasa tidak ada kebijakan apapun yang ibu buat untuk membersihkan sungai Demak dari sampah? Juga tidak ada kebijakan konkret dari Pemerintah Kabupaten Demak untuk membatasi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Bagaimana masyarakat mau berbenah jika pemerintah membiarkan peredaran dan penggunaan kantong plastik secara bebas?

Satu-satunya kebijakan mengenai sampah yang Ibu dorong adalah terkait pembentukan bank sampah di tiap desa. Padahal kebijakan semacam ini sama sekali tidak menjawab persoalan utama sampah. Bank sampah justru akan menjadi penghasil tabungan sampah paling besar bila tidak dibangun kesadaran ekologis yang mendalam di benak masyarakat. Apalagi jika tidak ada nilai tambah ekonomi yang signifikan dari aktivitas ini. Tentu saya menyarakankan agar Ibu melakukan evaluasi bahkan bila perlu menggerakkan peneliti untuk tahu seberapa efektif bank sampah mengurangi timbunan sampah yang dihasilkan setiap harinya.

Saya masih tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya Ibu Eisti dan jajarannya sudah lakukan terkait masalah lingkungan di Kota Demak. Sejujurnya, saya lebih heran mengapa warga Demak masih mau memilih Anda padahal kebijakan yang dibuat seringkali tidak sesuai dengan harapan masyarakat dan tidak menjawab masalah yang ingin diatasi. Program yang Anda tawarkan untuk kepemimpinan di periode kedua ini juga tidak memberi angin segar bagi perbaikan lingkungan Kabupaten Demak. Meski demikian, saya tetap berharap Ibu Eisti dan Bapak Badruddin dapat menjalankan amanah yang diberikan masyarakat Demak dengan sebaik-baiknya. Dan saya tidak akan lelah untuk terus mengingatkan Anda, bahwa sungai Demak sedang tidak baik-baik saja.


0 Comments