Pernahkah kamu merasa mengalami kisah yang sepertinya hanya terjadi di Ftv, drama Korea, atau bahkan dongeng? Seolah kisah yang mustahil terjadi di kehidupan nyata itu ternyata ada. Yap, cerita berikut ini menurutku bak kisah nyata dari sebuah drama Korea. Sebelum melanjutkan membaca ini aku sarankan kamu untuk membaca terlebih dahulu cerita yang satu ini, sebab kisah ini merupakan kelanjutan dari kisah si A dalam tulisan itu.

Setelah kamu baca cerita tentang si A di halaman tadi, barangkali kamupun merasa bahwa itu sudah menjadi semacam akhir dari kisah cinta si A, bukan? Bahwa si A kemudian menikah dengan si Z, selesai. Namun, sayangnya Tuhan punya skenario lain. Ups, mestinya kata yang tepat adalah: Namun, untungnya Tuhan punya skenario lain, yang jauh lebih indah. Aku tidak tahu apakah ini adalah buah dari kekuatan hati yang mampu bertahan menunggu dalam ketidakpastian, atau takdir Tuhan yang menentukan jalannya. Yang pasti dua hati yang lama terpisah akhirnya bertemu kembali.

Kisah ini dimulai ketika tiba-tiba si A mengabariku bahwa si D akan datang ke rumahnya. Aku pun lantas buru-buru menghubunginya via video call. Sial, sinyal tidak begitu bagus sehingga kami beralih ke voice call. Aku yang terkejut mendengar berita itu tanpa basa-basi menanyakan, “bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah kalian sudah lama tidak berkomunikasi? Medsosnya pun semua kamu unfriend?” Pertanyaan kulempar seakan tidak sabar ingin tahu jawaban atas informasi yang baru saja kuterima.

sebelum kulanjutkan, perlu kujelaskan terlebih dahulu. Kamu masih ingat kekasih si A yang meminta A menunggu hingga dua tahun tapi akhirnya merelakan A bersama yang lain? Dialah yang kusebut si D. Apa yang kutanyakan di atas adalah apa yang terjadi antara mereka selama ini. Setelah merasa tidak mungkin bagi si D untuk mendatangi rumah A waktu itu, A memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan si D. Ia bahkan mengganti nomor Whatsappnya dan membatalkan pertemanan dengan semua akun media sosial milik D untuk menghindarinya. Barangkali sebagai bentuk usaha untuk melupakan si D.

Waktu ia bercerita mengenai tindakannya itu, aku sempat memarahinya, “kenapa sih kamu sampai harus membatalkan pertemanan medsosnya? Ganti nomor pun dia gak kamu kasihtau. Kan dia tidak salah. Ya wajarlah kalau dia merasa belum siap secara finansial dan memintamu menunggu. Meskipun kamu tidak bisa menunggunya, tapi kalau seperti ini kalian justru akan semakin menjauh.” Yang aku pikirkan saat itu hanyalah, dengan kehilangan kontak dengan si D, harapan A bisa kembali bersama D akan sulit. Sementara aku tahu, A masih menyukainya.

Waktu pun berlalu. Dalam suatu percakapan via video call aku menanyakan perihal calon yang sempat datang ke rumahnya, yaitu si Z. A dengan entengnya bilang, “ohh, dia sudah menikah dengan orang lain.” Aku sebagai orang yang dicurhati bahwa terakhir kali si Z lah yang akan ia terima cukup kaget. Kukira Z benar-benar mau menunggu dan mengharapkan si A agar bisa bersamanya. Rupanya, orangtua si Z tidak bisa menunggu lebih lama. Entah bagaimana, Z pun memutuskan untuk menikah dengan perempuan lain. Dan si A justru merasa senang karena ibunya tidak akan lagi mendorong ia untuk menikah dengan Z.

Singkat cerita, pertengahan bulan Desember, tiba-tiba si A mendapat telepon dari si D. D menanyakan kembali ke A, "apa masih mungkin jika ia berniat ingin melamar A?" A pun menjawab, “jika mas D berani bilang ke ibu dan datang ke rumah, insyaallah aku terima.” Saat itu juga telepon beralih ke tangan ibu si A dan dibuatlah janji untuk silaturrahim ke rumahnya seminggu kemudian. Seminggunya lagi, ia yang diajak si D berkunjung ke rumahnya di kabupaten sebelah.

Belakangan aku mendapat cerita dari si A tentang bagaimana si D bisa menghubungi A lagi. Karena mereka dahulunya adalah teman satu fakultas, tentu mudah saja mencari nomor A dari teman yang lainnya. Ia pun tidak menyangka bahwa D masih mengharapkannya. Bagaimana tidak, sudah tujuh bulan mereka tidak berhubungan. Maka seperti yang aku bilang, ini seperti sesuatu yang tidak masuk akal. Apalagi A pun menyatakan bahwa setelah Desember ini ia akan mengikhlaskan diri untuk menerima lamaran orang lain. Rupanya takdir yang baik memihak pada dua insan ini.

Aku bilang kepada A, coba saja seandainya kamu mau menerima lamaran orang yang datang ke rumahmu sebelum D, tentu kisahnya akan lain. Atau coba saja, D menyerah terhadapmu, dan mencari pengganti yang bisa sabar menunggunya, mungkin takdir tidak akan seindah ini. Barangkali inilah yang dinamakan jodoh tidak akan kemana. 

Aku begitu bahagia atas kisah cinta tak terduga yang terjadi pada salah satu sahabatku ini. Mengingat kebanyakan kisah cinta berakhir tidak sesuai ekspektasi tentu tidak berlebihan jika aku mengganggap kisah ini seperti cerita drakor. Ngomong-ngomong, sampai sekarang A dan D masih belum berteman di media sosial. Katanya, ia akan mengikuti dan add pertemanan setelah menikah. Dan ibunya, yang sebelumnya enggan ke masjid dan ikut perkumpulan sekarang sudah mau menampakkan diri, serta dengan bangga memperkenalkan calon menantunya ke orang lain. Aku dan A pun ketawa sambil terheran-heran. Wkwkwkwkww.

0 Comments